Implikasi Fisika Kuantum Dalam Pandangan Hubungan Sains Dan Islam
Fisika
adalah ilmu yang mempelajari struktur dasar dan proses mengubah yang terjadi
pada materi dan energi. Menjelajah susunan materi yang paling kecil dan
persamaan matematika yang paling abstrak, fisika tampak semakin menjauhkan
manusia dari agama.
1.
Konflik
Dalam
pandangan konflik, peran kebetulan dalam fenomena kuantum telah menantang
gagasan tentang tujuan dan kedaulatan ilahi. Konflik paling signifikan
melibatkan hubungan antara kontrol Tuhan atas peristiwa, determinasi oleh hukum
alam, dan kehadiran kebetulan pada tingkat kuantum.
Pada
mulanya, Newton dan dan rekan sezamannya berpendapat bahwa alam adalah mesin
rumit yang mengikuti hukum yang tak berubah-ubah, tetapi mengekspresikan
kebijaksanaan Pencipta yang cerdas, artinya mereka percaya akan adanya campur
tangan tuhan.
Namun
selanjutnya konsep Newtonian berhasil secara spektakuler menjelaskan sejumlah
besar fenomena yang beraneka. Determinisme paling tegas didukung oleh
Laplace, yang mengklaim bahwa jika kita mengetahui posisi dan kecepatan setiap
patikel di alam semesta, kita akan sanggup memprediksi semua kejadian pada masa
depan. Klaim ini bersifat reduksionis karena berasumsi bahwa prilaku
semua entitas ditentukan sepenuhnya oleh perilaku komponen-komponen
terkecilnya. Dengan demikian dalam dunia deterministik tuhan tidak
disebutkan, sehingga tantara mereka dengan agama terjadi konflik.
2.
Independensi
Dua ide yang diambil dari tafsiran fisika
kuantum dimanfaatkan untuk membela independensi sains dan agama. Pertama, kaum
instrumentalis memandang teori kuantum dapat digabungkan dengan
pandangan instrumentalis terhadap keyakinan agama untuk berargumen bahwa
sains dan agama merupakan bahasa-bahasa berbeda yang fungsinya secara berbeda
pula dalam kehidupan manusia. Kedua, komplementaritas model partikel
dengan model gelombang dalam
fisika kuantum yang diperluas mengatakan bahwa sains dan agama memberikan model
realitas yang komplementer, yang independen dan tidak dalam posisi konflik.
3.
Dialog
Beberapa percoabaan yang cemerlang pada
1990-an telah memungkinkan studi dekoherensi fungsi gelombang kuantum ketika ia
berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas. Aliran atom sodium atau aliran
ion berilium telah diperiksa oleh denyut laser disepanjang lintasannya untuk
meneliti transisi dari perilaku kuantum ke perilaku klasik. Koherensi keadaan
kuantum ini akan runtuh ketika informasi tentangnya tersedia melalui interaksi
dengan denyut laser, yang dapat dipandang sebagai sebentuk pengukuran. Alih
informasi bukan alih kesadaran merupakan ciri penting dari runtuhnya fungsi
gelombang selama percobaan.
Namun
fisika kontemporer benar-benar mempunyai pelajaran epistomologis tentang keterlibatan
pengamat. Dalam fisika kuantum, pengamat berpartisipasi melalui sifat
interaksif dalam proses mengamati. Dalam teori relativitas, sifat temporal dan
spasial berpariasi terhadap kerangka acuan pengamat. Sifat ini dipahami sebagai
hubungan bukan sebagai sifat intrinsic
objek-objek. Dalam agama, pengetahuan hanya dimungkinkan terwujud melalui
partisipasi meskipun bentuk partisipasi dalam sains. Kita ingin mengetahui pola
hubungan Tuhan dengan kita, tetapi kita hanya mempunyai pengetahuan serba
sedikit tentang sifat Tuhan yang sesungguhnya.
4.
Integrasi
Pendukung
integrasi mengklaim adanya hubungan dekat antara teori ilmiah dan keyakinan
agama tertentu daripada yang diajukan oleh pendukung Dialog, meskipun tidak ada
garis tajam yang memisahkan keduanya. Dua versi Integrasi akan dieksplorasi
dengan ditarik dari holism kuantum dan ketidakpastian kuantum.
Beberapa
penulis menawarkan integrasi sistematis atas fisika kontemporer dan mistisme
Timur. Menurut Capra, fisika dan agama-agama Asia mengakui adanya keterbatasan
bahasa dan pikiran manusia. Misalnya paradoks dalam fisika adalah dualitas
partikel/ gelombang, mengingatkan polaritas yin/yan dalam Taoisme Cina,
yang menampakkan kesatuan dari hal yang tampaknya berlawanan.
Dalam
teori relativias, ruang dan waktu membentuk keseluruhan terpadu dan materi
energi diidentifikasi sebagai kelengkungan ruang. Pemikiran Timur juga menerima
kesatuan segala sesuatu dan berbicara tentang kesatuan tak terpisah yang
ditemukan dalam kedalaman meditasi. Fisika baru mengatakan bahwa pengamat dan
yang diamati merupakan dua hal yang tak terpisahkan, sebagaimana tradisi mistik
menyatakan kesatuan antara subjek dan objek.
Selanjutnya
mengenai ketidak pastian hukum menurut beberapa penulis adalah merupakan domain
yang di dalamnya Tuhan mengendalikan dunia dengan kasih sayang. Para saintis
tidak menemukan sebab alami bagi seleksi
diantara alternatif-alternatif kuantum, karena kebetulan bukanlah sebuah sebab.
Pada sisi lain, kaum bertuhan mungkin memandang seleksi semacam itu sebagai
tindakan Tuhan. Tuhan akan mempengaruhi peristiwa tanpa bertindak sebagai gaya
fisika. Karena sebuah elektron dalam superposisi-keadaan tidak mempunyai posisi
yang pasti, tidak ada gaya yang diperlukan bagi Tuhan untuk mengaktualisasikan
satu di antara sehimpunan potensialitas alternatif. Dengan arahan beberapa atom
yang terkoordinasi, Tuhan dapat secara baik mengatur semua peristiwa.
Ketidak
pastian pada tingkat kuantum tampaknya tidak relevan dengan fenomena pada
tingkat sel-hidup yang mengandung jutaan atom, yang fluktuasi
statistiknya cenderung rata-rata. Persamaan kuantum memberikan prediksi eksak atas
sehimpunan besar dan bukan satu peristiwa. Atom dan molekul mempunyai
kestabilan inheren terhadap gangguan kecil karena setidak-tidaknya suatu
kuantum energi dibutuhkan untuk mengubah keadaannya. Bagaimanapun juga dalam
beberapa sistem biologis, peristiwa kecil dapat mempunyai konsekuaensi yang
besar. Misalnya dalam sistem saraf otak, peristiwa kecil dapat merangsang
pengaktifan neuron yang efeknya dilipatgandakan oleh jaringan saraf. Maka
dengan mengontrol peristiwa kuantum, Tuhan dapat mempengaruhi
peristiwa-peristiwa dalam sejarah evolusi manusia.
Menurut
Fisikawan dan teolog Robert Russell adalah satu di antara sekian orang yang
berpendapat bahwa Tuhan mempengaruhi hanya peristiwa kuantum tertentu dan juga
bertindak pada tingkat yang lebih tinggi sebagai sebab Top-Down pada
peristiwa pada tingkat yang lebih bawah. Ini akan menghindari keberatan
terhadap adanya kebetulan, hukum, dan tindakan Tuhan di dunia kuantum.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar