Pendekatan Pohon Ilmu
Pendekatan ini diperkenalkan oleh salah satu
perguruan tinggi negeri yakni UIN Maliki
Malang. Prof. Dr. H. Imam Suparyogo, ialah pencetus dari pendekatan pohon ilmu
ini. Beliau adalah rektor UIN Malik Malang, pendekatan ini dibuat seiring perubahan
dari ilmu pengetahuan digambarkan seperti pohon. Ia terdiri dari akar (yang
tidak terlihat oleh mata secara langsung, terutama akar tunjang dalam suatu
pohon), batang, cabang, ranting, daun, bunga, kulit batang, dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan juga digambarkan seperti bangunan suatu gedung yang di dalam
bangunan itu terdiri dari fondasi (yang tidak terlihat oleh mata secara
langsung), pilar, atap, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan juga digambarkan
seperti struktur yang di dalam struktur itu terdapat unsur-unsur atau
elemen-elemen yang masing-masing elemennya merupakan bagian terkait yang tidak
dapat dipisahkan antar elemennya dan berfungsi saling menguatkan dalam suatu
sistem ilmu pengetahuan.
Pohon, bangunan, atau struktur ilmu
pengetahuan itu menurut Naya Sujana (dalam Suyanto (ed .) , 2005: terdiri atas
unsur atau elemen: (i) realitas; (ii) gejala; (iii) tanda; (iv) symbol; (v)
istilah; (vi) pengertian; (vii) nilai dan norma; (viii) konstruk; (ix) konsep;
(x) preposisi; (xi) argumentasi; (xii) hipotesis; (xiii) teori; (xiv) dalil;
(xv) aksioma; dan (xvi) paradigma.
Dalam Buku Metode Penelitian Sosial (Suyanto dalam Anonim, 2012), berpikir secara ilmiah dapat dilakukan secara formal dan
material. Berpikir formal adalah berpikir yang mendasarkan premis-premis dari
bentuk pengertian (aspek eksternal). Sedangkan berpikir secara material adalah
berpikir yang mendasarkan premis-premis dari bentuk pengertian (aspek
internal). Kesimpulan atau keputusan diperoleh melalui hubungan antara isi
pengertian pada aspek internalnya, dan bukan pada aspek eksternalnya. Dua
bentuk cara berpikir ini kemudian melahirkan kebenaran formal dan kebenaran
material. Keduanya dapat menjadi hasil dari sebuah penelitian sosial.
Bentuk-bentuk pemikiran, untuk dapat memahami
logika berpikir ilmiah hendaknya memahami pola umum dalam berpikir, yakni
deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif merupakan proses berpikir dari
hal-hal yang umum menuju hal-hal yang khusus. Sedangkan proses berpikir
induktif adalah proses berpikir dengan menggunakan premis-premis khusus menuju
ke premis umum. Dasar pola berpikir iduktif ini adalah observasi. Pemikiran
ilmiah menggunakan kedua pola ini secara bolak balik dan terus menerus.
Pola-pola dalam logika berpikir ini menentukan terjadinya sebuah pohon
pengetahuan yang terdiri dari akar (realitas) hingga puncak pohon (paradigma). dalam
Berikut akan dijelaskan setiap bagian yang
membentuk pohon pengetahuan ilmiah (Suyanto (ed.) Anonim, 2012).
·
Realitas, yakni
materi dasar, ide, fakta
·
Gejala, yakni
apa saja yang ditangkap manusia
·
Tanda, manusia
memberi tanda terhadap gejala itu
·
Symbol, manusia
memberikan makna, arti, nilai sehingga memunculkan sebuah istilah
·
Istilah, kata
untuk menggambarkan symbol itu
·
Pengertian,
pemberian makna atau arti pada istilah
·
Pemberian nilai
dan norma, pemberian arti yang lebih subjektif dan bermakna khusus
·
Konstruk,
membangun suatu pengertian yang lebih menyeluruh dan terorganisasi
·
Konsep,
pengertian yang lebih menyeluruh dengan batas-batas yang jelas
·
Preposisi,
kumpulan beberapa konsep dengan pengertian tertentu dan utuh
·
Argumentasi,
kumpulan beberapa proposisi dengan pola berpikir khusus
·
Hipotesis,
teori yang kebenarannya belum seluruhnya terbuktikan
·
Teori,
pernyataan yang telah terbuktikan
·
Dalil, teori
yang kebenarannya sangat luas dan terbukan dalam waktu yang lama
·
Aksioma, teori
yang kebenarannya tak terbantahkan lagi dan dapat dikatakan universal
·
Paradigma,
suatu konsep yang paling umum dan terdalam untuk melihat dan memahami realitas
Sumber : Anonim(2012). Pohon Ilmu Pengetahuan. http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pohon-ilmu-pengetahuan/ . 17 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar