Sains Islam Mencetus Lahirnya Sains Modern
Rosulullah Muhammad SAW memperkenalkan ajaran Islam di Jazirah Arab pada
sekitar abad ke 7 M. Setelah satu abad kematian beliau pada 632 M, pengikutnya
(kaum muslimin) telah berhasil melakukan berbagai penaklukan dalam memperluas
kekuasaanya hingga mencapai Spanyol dan perbatasan China. Seni dan ilmu
pengetahuan berkembang pesat di Jazirah Arab sejak tahun 900 hingga
1200. Pada masa ini, muncul para filsuf dan ilmuan muslim yang luar biasa
cerdas. Mereka memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan filsafat dan
sains di dunia. Secara jujur mereka mengakui bahwa mereka terispirasi oleh
filsafat dan pengetahuan dari kekaisaran agung yang sebelumnya telah
dikembangkan oleh pera filsuf serta ilmuan dari Yunani dan Persia.
Al-Haytham juga
melakukan pengujian terhadap efek pembiasan cahaya. Ia menyimpulkan bahwa
pembiasan disebabkan adanya cahaya yang sinarnya berpindah dengan kecepatan
berbeda, kemudian menembus pada material yang juga berbeda, seperti udara,
kaca, dan air. Gagasan ini kemudian di munculkan lagi oleh Kepler dan Rene
Descartes pada abad 17. Al-Haytham adalah orang pertama yang
memperkenalkan Camera Obscura (kamera yang berbentuk kotak,
dimana dalam kotak ini terdapat lubang yang mampu memproyeksikan gambar. Gambar
tersebut kemudian diproyeksikan ke arah tembok. Kamera ini menjadi dasar
inspirasi bagi munculnya LCD Proyektor yang kita kenal dewasa ini). Al-Haytham
juga pernah membuat sebuah lubang di tembok, kemudian meletakkan Camera
Obscura dilubang itu untuk merekam (mengambil gambar) proses
terjadinya gerhana matahari. Pada dasarnya, kamera yang mulai di kembangkan di
Inggris pada abad 19 adalah reduplikasi dari kamera yang dibuat oleh Al-Haytham.
Termasuk kamera-kamera modern dewasa ini, prinsip kerjanya juga masih
menggunakan dasar-dasar prinsip kerja optik yang dulu dikenalkan pertama kali
oleh Al-Haytham.
sumber Anonim (2012). Sains Islam Pemantik Lahirnya Sains Modern . http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/07/sains-islam-pemantik-lahirnya-sains-modern/ . (diakses tanggal 12 November 2012).
sumber :
http://wong168.wordpress.com/2010/11/30/sistem-periodik-unsur-di-kimia/
Para filsuf dan ilmuan muslim
berperan penting dalam proses menyalurkan pemikiran filsafat dan ilmu
pengetahuan. Merekalah yang menjadi jembatan bagi sampainya filsafat dan ilmu
pengetahuan dari zaman Yunani kuno hingga masa modern, dimana pada masa pertengahan
para ilmuan barat sedang mengalami ‘krisis’ pengetahuan karena pemikiran mereka
didominasi oleh dogma teologi gereja ortodoks. Filsuf dan ilmuan muslimlah yang
pada masa pertengahan tampil terdepan dalam meggagas problem-problem filsafat
dan ilmu pengetahuan. Berkat filsuf dan ilmuan muslim tersebut, ilmu
pengetahuan pada masa modern dapat dimungkinkan. Dengan kata lain, berkat jasa
mereka kemajuan dunia ilmu pengetahuan (termasuk teknologi) dapat berkembang
sedemikian pesat seperti sekarang ini. Tanpa mereka, informasi tentang filsafat
dan ilmu pengetahuan Yunani kuno (yang begitu penting peranannya dalam dunia
ilmu pengetahuan) tidak akan sampai pada kita.
Ilmuan dan Filsuf Muslim yang
Termasyur
Ibn Sina
Di Eropa, nama Ibn Sina dikenal
sebagai Aviciena. Ia adalah filsuf sekaligus ilmuan yang serba bisa dalam
bebagai aspek keilmuan. Ibn Sina menulis sekitar 270 buku. Ia lahir di Bokhara,
Iran. Di usia 16 tahun Ibn Sina sudah mulai belajar ilmu kedokteran. Diluar
itu, ia juga seorang pengacara (ahli hukum) dan seorang guru besar sains. Ia
juga terlibat dalam kegiatan politik dan aktif sebagai seorang penasehat
perpolitikan Iran.
Ibn Sina menulis Canon,
sebuah buku termasyur tentang ilmu kedokteran. Karya ini sangat mempengaruhi
perkembangan ilmu kedokteran di Eropa sampai abad 17. Hukum Islam melarang
pembedahan tubuh manusia, jadi buku Ibn Sina sebagian besar hanya berisi
tentang bagaimana cara yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit,
dan bagaimana cara mengobatinya tanpa melakukan pembedahan. Dalam buku itu ia
juga menjelaskan bagaimana cara yang tepat untuk membuat obat-obatan. Ibn Sina
juga menulis sebuah ensiklopedia berjudul The Cure yang isinya
mencakup berbagai problem keilmuan, mulai dari filsafat sampai matematika dan
fisika.
Ahli Kimia Muslim
Bagian lain dimensi keilmuan Arab
yang juga menarik adalah tentang Alkimia. Dengan berbekal kemampuan Alkimia,
dimungkinkan seseorang bisa merekayasa suatu logam yang kurang berharga (besi
misalnya) menjadi logam berharga seperti emas. Terkadang Alkimia Arab dipandang
sebagai ilmu yang negatif. Hal tersebut terjadi karena dalam praktek
keilmuannya para ahli Alkimia juga menggunakan sihir dan mantra. Namun
sebenarnya, diluar penggunaan sihir dan mantra, para ahli Alkimia juga
melakukan observasi dan eksperimen. Observasi dan eksperimen inilah yang
menjadi cikal bakal bagi metodologi sains pada masa modern. Alkimia Arab adalah
ilmu yang menjadi fondasi bagi lahirnya ilmu Kimia dan Mineralogi.
Salah satu nama yang mendominasi
bidang Alkimia Arab adalah Al-Razi (c.854-935). Orang Eropa mengenalnya dengan
sebutan Rhazes. Ia lahir di Rayy, Iran. Al-Razi adalah ilmuan muslim termayhur
dibidang ilmu obat-obatan dan kedokteran pada abad ke 9 dan abad ke 10. Al-Razi
juga seorang yang banyak mempertanyakan problem pengajaran keagamaan, namun
pada bidang yang terahir ini ia tidak terlalu populer.
Al-Razi mencurahkan sebagian besar
hidupnya untuk Alkimia. Ia sangat menolak bidang Alkimia yang menggunakan sihir
dan mantra. Al-Razi lebih memfokuskan diri pada bidang Alkimia yang
berpangkal-tolak dari uji empiris eksperimental. Ia sangat tertarik melakukan
penelitian terhadap substansi-substansi kimia. Ia berusaha memberikan definisi
yang jelas terhadap teknik-teknik mempelajari dan menggunakan ilmu Alkimia,
seperti misalnya tentang penyulingan, dan lain sebagainya. Al-Razi juga
mengusulkan perlengkapan laboratorium penelitian Alkimia dengan beberapa
instrumen penting seperti kuningan yang banyak digunakan dalam perhitungan
geometri. Instrumen kunigan ini berisi informasi tentang nama-nama logam, yang
kelak pada masa modern bakal lebih disempurnakan lagi menjadi tabel sistem
periodik unsur.
Ilmu Alkimia yang dikembangkan oleh
Al-Razi ini di publikasikan dalam buku komperehenshif yang membahas tentang
Alkima, obat-obatan dan kedokteran, yang dikemudian hari pengaruhnya sangat
besar terutama pada negara-negara seperti Yunani, India dan China.
Ahli Astronomi Muslim
Nama besar pada bidang astronomi
dimiliki oleh Abu Rayhan al-Biruni (973-c.1050). Ia lahir di Khwarazm,
Armenia. Ia mulai belajar sains sejak usia yang sangat muda. Pada usia 17 tahun
ia sudah berhasil mendesain sebuah alat untuk mengobservasi matahari dan
bintang-bintang. Tetapi, terjadiya perang pada tahun 995 memaksanya untuk
segera melarikan diri meninggalkan tempat ia belajar astronomi. Akhirnya desain
alat tersebut belum bisa direalisasikan menjadi kenyataan.
Dua tahun kemudian, Al-Biruni
kembali ke negara tempat ia belajar astronomi. Setelah itu Al-Biruni memegang
posisi penting dalam pengadilan pemerintahan. Disela-sela kesibukannya, ia
melanjutkan studi ilmiahnya tentang astronomi. Ia kembali bereksperimen dengan
desain alatnya yang belum direalisasikan itu. Akhirnya ia berhasil mendirikan
sebuah bangunan yang didalamnya terdapat alat untuk mengobservasi matahari,
bulan, dan bintang-bintang. Alat ini berbentuk bangunan melingkar yang besar
dan tinggi, sedang isi dan atapnya dipenuhi dengan instrumen-inetrumen
observasi. Alat ini disebut The Observatory (dibangun di
Samarkand, c.1420). Berbeda dengan The Observatory buatan
Al-Biruni, para astronom Turki melakukan pengamatan terhadap angkasa luar
dengan sebuah alat yang dinamakanQuadrant.
Ketertarikan Al-Biruni tidak hanya
terbatas pada bidang astronomi saja. Ia juga menulis sekitar 13.000 halaman
berisi tentang teknik studi material geografi, matematika, optik (studi tentang
mata dan lensa), kedokteran, obat-obatan, juga Alkimia. Ketertarikannya
terhadap Alkimia mendorongnya untuk mempelajari komposisi logam dan mineral
kimia. Tulisan ini ternyata sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu kimia
modern. Tulisan lainnya adalah tentang mineralogi, yang diberi judul The
Book of the Multitude of Knowledge of Precious Stones. Pada masa
hidupnya, Al-Biruni menderita penyakit yang tak kunjung sembuh selama
bertahun-tahun. Namun ia meninggal pada usia 80 tahun, dengan mewariskan lebih
dari 140 buku dengan judul dan isi yang beragam.
Lensa dan Cahaya
Adalah Ibn al-Haytham (965-c.1040),
seorang muslim yang paling termasyur di bidang ilmu fisika. Ia lahir di Basra,
Iraq. Di Eropa ia dikenal dengan sebutan Alhazen. Ia pindah ke Cairo ketika ia
bekerja di sebuah sekolah bernama the Academy selama masa
kekuasaan Caliph al-Hakim (996-1020).
Dalam karya-karyanya, Al-Haytham
tidak menulis secara terpisah antara ilmu optik, astronomi, dan matematika.
Karya-karyanya tentang ilmu optik sangat luas dan sangat detail. Tulisannya
tentang ilmu optik menjadi dasar bagi penyelidikan ilmu optik Eropa dikemudian
hari. Bukunya yang terkenal berudul The Treasury of Optics. Dalam
buku itu ia mengkritik ilmu optik yang sebelumnya dipercayai oleh ilmuan
Yunani, bahwa mata mengirimkan sinar (semacam cahaya bias) pada setiap objek
yang dilihatnya. Menurut Al-Haytham pandangan ini salah. Ia berpendapat bahwa
justru sinar (bias cahaya) dari objeklah yang datang ke mata, sehingga mata
dapat melihat benda-benda disekitarnya.
Refleksi Terhadap
Kesuksesan Pencapaian Sains Islam
Sebagaimana yang telah saya
jelaskan diatas, bahwa Islam dahulu pernah mencapai kemajuan dibidang sains.
Bahwa lmuan-ilmuan muslimlah yang ternyata meletakkan dasar metodologi bagi
sains modern, terutama dibidang ilmu kedokteran, kimia, astronomi, dan ilmu
fisika. Kejayaan sains Islam terjadi pada abad pertengahan, dimana pada waktu
itu ilmuan Barat sedang dilanda krisis pengetahuan yang dikarenakan adanya
dominasi dogma gereja. Namun sayang seribu sayang, dewasa ini dunia sains Islam
tertinggal jauh oleh kemajuan Barat. Hal tersebut berawal dari kekalahan kaum
muslimin dalam perang salib (dimana buku-buku mereka dirampas dan sebagian
dibakar), tidak lagi ditemukan buku-buku para ilmuan muslim terdahulu.
Banyak sekali sebab yang membuat
dunia sains Islam terpuruk. Salah satunya adalah sufisme. Sufisme seringkali
dikambinghitamkan sebagai tarekat-tarekat spiritual yang hanya berorientasi
pada jiwa dan problem religi, sehingga kepedulian para penganut sufisme
terhadap dunia ilmu pengetahuan menjadi tidak ada lagi. Banyak sufi-sufi palsu
(pseudo-sufis) yang muncul dikalangan umat islam sendiri. Kemunculan sufi palsu
itu akhirnya menciptakan masyarakat mistik yang irrasional. Mereka meninggalkan
ilmu pengetahuan rasional, dan lebih percaya terhadap ilmu-ilmu mistik seperti
astrologi, primbon, dan perjimatan.
Selain itu, kemunduran sains Islam
juga disebabkan oleh problem ekonomi dan problem politik, dimana sistem politik
yang berkembang dewasa ini justru bukan sistem politik yang Islami, namun lebih
banyak sistem politik yang sekuler. Sistem politik sekuler (baca: demokrasi,
liberal, komunis dsb.) berpengaruh terhadap sistem ekonomi dan sistem lain yang
terkait, termasuk sains dan teknologi. Sistem politik kenegaraan yang sekuler
memunculkan keterasingan bagi kaum muslimin. Keterasingan (alienasi) tersebut
menjauhkannya dari dirinya sendiri, dan pada akhirnya tidak memberikan
kontribusi terhadap perkembangan sains.
Tentu masih banyak lagi faktor lain
diluar yang telah saya sebutkan diatas. Salah satu faktor yang sangat jelas
menciptakan kemunduran bagi sains Islam adalah hilangnya spirit sains Islam itu
sendiri pada jiwa-jiwa kaum muslimin. Para ilmuan di zaman keemasan sains Islam
dulu senantiasa mendasari aktifitas ilmiah mereka dengan ajaran Islam.
Pendalaman sains mereka tidak semata-mata didasarkan pada rasa ingin tahu
mereka terhadap sains, diluar itu mereka sadar akan tugasnya sebagai hamba
Allah yang mengabdikan diri kepada Allah, dengan memilih sains sebagai
medianya. Spirit seperti ini sudah mulai luntur dikalangan kaum muslim
sekarang. Justru kebanyakan kaum muslim sekarang malah terlena dengan kemajuan
sains, bahkan tidak jarang dari mereka yang justru menjauh dari ajaran agama
hanya karena janji-jani kebenaran sains yang tentatif dan partikular.
-o0o-
Rujukan Informasi : The
Usborne Book of Discovery – Islamic Science (Inventors, Scientists, Explorers)
dan cmm.or.id
sumber Anonim (2012). Sains Islam Pemantik Lahirnya Sains Modern . http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/07/sains-islam-pemantik-lahirnya-sains-modern/ . (diakses tanggal 12 November 2012).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar